BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Realitas
menunjukkan bahwa peristiwa sejarah banyak dipengaruhi oleh persoalan
kepemimpinan. Keberhasilan manajemen pemerintahan akan ditentukan oleh
efektivitas kepemimpinannya, sehingga kepemimpinan atau leadership dapat dikatakan
inti dari manajemen pemerintahan. Kepemimpinan merupakan sebuah proses yang
saling mendorong melalui keberhasilan interaksi dari perbedaan individu,
mengontrol daya manusia dalam mengejar tujuan bersama. Jadi kepemimpinan
merupakan kehendak mengendalikan apa yang terjadi, pemahaman merencanakan
tindakan, dan kekuasaan untuk meminta penyelesaian tugas, dengan menggunakan
kepandaian dan kemampuan orang lain secara kooperatif.
Dinamika
manusia yang kemudian menampakkan diri dalam dinamika organisasi dan dinamika
masyarakat sebagai keseluruhan merupakan salah satu faktor pendorong bagi
berbagai jenis kemajuan yang hendaknya dicapai oleh umat manusia. Dorongan
untuk maju timbul karena hasrat dan keinginan manusia meningkatkan kemampuannya
untuk memuaskan berbagai jenis kebutuhannya yang semakin lama semakin kompleks.
Semakin
disadari bahwa terlepas dari meningkatnya pengetahuan dan keterampilan berkat
pendidikan yang semakin tinggi, cara terbaik untuk memuaskan berbagai kebutuhan
tersebut adalah dengan menggunakan berbagai jalur organisasi (pemerintahan).
Realitas di masyarakat menunjukkan bahwa semakin kompleks kebutuhan seseorang,
semakin banyak organisasi yang diikutinya, baik di bidang politik, ekonomi,
pendidikan, agama, dan sosial.
Berbarengan
dengan menikngkatnya kebutuhan untuk bergabung dalamberbagai organisasi,
semakin berkembang pula persepsi yang berkisar pada pandangan bahwa dalam
kehidupan organisasional perlu dijamin keseimbanganantara hak dan kewajiban
seseorang. Dalam hubungan organisasi dengan paraanggotanya, sering dirumuskan
bahwa hak organisasi diperolehnya melalui penunaian kewajiban oleh para
anggotanya dan sebaliknya hak para anggota organisasi merupakan kewajiban
organisasi untuk memenuhinya. Pandangan demikian mengejawantah pada tuntuatan
adanya kepemimpinan yang adil dan demokratis dalam organisasi yang bersangkutan.
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
Realita Pemimpin Dalam Berorganisasi
Kepemimpinan
sendiri adalah kapasitas untuk menerjemahkan visi kedalam realita. [1] definisi
tersebut dinyatakan oleh Werren Bennis, dengan kata lain, “kepemimpinan berarti
turur melibatkan orang lain dan lebih mengutamakan visi diatas segalanya, baru
kemudian pada langkah pelaksanaannya,”. Ia menambahkan bahwa kepemimpinan
merupakan suatu seni tersendiri yang dipelajari dan diterapkan dengan
hati-hati. Kepemimpinan bersifat dinamis, dan situasional, artinya tidak ada
cara terbaik yang bisa digunakan dalam segala situasi yang dihadapi.
Kepemimpinaan
lahir sebagai suatu konsekuensi logis dari perilaku dan budaya manusia yang
terlahir dari individu yang memiliki ketergantungan sosial (zoon politicon)
yang sangat tinggi dalam memenuhi berbagai kebutuhannya. [2] dalam upaya
memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia kemudia menyusun organisasi dari yang
terkecil sampai yang terbesar sebagai media pemenuhan kebutuhan serta menjaga
berbagai kepentingan.
Kepemimpinan
pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh
yang dimiliki seseorang (dalam hal ini tentang kepemimpinan berorganisasi).[3]
Kepemimpinan dalam berorganisasi yang strategis adalah sebagai berikut :
1.
Belajar terus
menerus
Mereka
membaca, berlatih, dan mendengarkan masukan.
2.
Beroreientasi
pada pelayanan
Mereka
melihat hidup sebagai suatu misi dan tidak hanya sebagai suatu karier.
3.
Memancarkan
energy positif
Mereka
optimis, positif, dan modern.
4.
Sinergistik
Mereka
memilih untuk memfokuskan diri pada kepentingan orang laindan mampu
membina
energy-energi yang dimiliki organisasi.
5.
Mempercayai
orang lain
Mereka
tidak beraksi berlebihan terhadap perilaku negative kritik, dan kelemahan.
Kepemimpinan
dalam berorganisasi akan berjalan efektif, disegani dan memiliki derajat yang
tinggi bila seorang itu memiliki tiga kelebihan yakni kelebihan dalam bidang
rasio atau intelektual, dalam bidang rohani, dan dalam bidang jasmani.
Kelebihan dalam bidang rasio meliputi :
1)
pengetahuan tentang tujuan organisasi
2)
pengetahuan tentang asas-asas organisasi
3)
pengetahuan tentang cara memutar roda organisasi secara efisien
4)
tercapainya tujuan organisasi secara maksimal.
Kelebihan
dalam bidang rohani meliputi keluhuran budi pekerti, moralitas, dan
kesederhanaan watak. Sedang dalam bidang jasmani adalah memiliki fisik yang
sehat dan memungkinkan untuk menjadi contoh anggotanya. Pemimpin haruslah
memiliki karakter yang berkualitas, berikut syarat-syarat seorang pemimpin
dalam berorganisasi:
1.
Dapat berperan sebagai penyelaras
Sosok
pemimpin yang berhati-hati dan serius, menganggap bahwa keberhasilannya
memimpin organisasi didukung oleh hasil kerja keras karyawannya juga. Sebagai
pemimpin dalam suatu organisasi, seorang harus melihat bahwa visi, misi,
konsep, dan segala langkah strategis haruslah merupakan hasil kerja bersama,
bukan hasil kerja seorang pemimpin itu sendiri. Semakin banyak karyawan yang
terlibat dalam pembentukan suatu konsep, semakin banyak pula orang yang merasa
turut memiliki organisasi jikalau pemimpinannya berperan sebagai penyelaras.
2.
Mengembangkan sikap demokratis dalam mengambil keputusan
Seorang
pemimpin dalam organisasi khususnya tentu meiliki hak prerogratif dalam
pengambilan keputusan. Namun pemimpin yang berhasil ternyata tidak akan
menggunakan haknya tersebut sebesar 100% sebaliknya menggunakan suatu
pendekatan demokratis. Para karyawan didorong untuk memberikan masukan atau ide
bagi suatu perusahaann. Prinsipnya semua ide yang masuk harus dihargai karena
itu bisa membantu perkembangan perusahaan tersebut.
3.
Motivasi karyawan untuk berkembang
Melakukan
pendekatan yang baik dan selalu memberikan pengarahan sekaligus motivasi kepada
karyawan atau anggota bisa menambah wawasan dan semakin mengembangkan diri
untuk terus bisa melakukan hal yang lebih baik bagi perusahaan.
4.
Menghargai karyawan
Karyawan
adalah asset utama organisasi, jika karyawan tidak berhargai mereka tentu tidak
akan loyal dan tidak memiliki keinginan untuk turun mengembangkan organisasi
yang dia ikuti. Pemimpin bukanlah untuk ditakuti, tetapi untuk dihormati.
Bahkan ketika seorang anggota atau karyawan berbuat salah, solusinya adalah
menemui anggota atau karyawan itu dengan baik-baik tanpa harus langsung
memarahinya. Sebaliknya jika ada anggota atau karyawan yang berprestasi maka
penghargaan atau apresiasi harus ditunjukan seorang pemimpin kepada seorang
karyawan atau anggota tersebut.
5.
Dapat menjadi panutan
Apa
yang diucapkan oelh pemimpin harus selalu konsisten dengan apa yang diperbuatnya.
6.
Turut terjun ke lapangan
Banyak
pemimpin dalam organisasi hanya sekedar mendengar laporan mengenai hal-hal yang
terjadi dilapangan. Tentu saja karyawan atau anggota bisa saja memanipulasi
data yang dituntukan kepada pemimpinnya. Untuk menghindarai hal tersebut cara
yang paling ampuh adalah pemimpin harus mengambil waktu untuk benar-benar turut
serta kelapangan melihat langsung kondisi yang ada.
B.
Realita Pemimpin Dalam Bernegara
Apabila
masuk kedalam lingkup tatanan negara Indonesia, faktor kepemimpinan memiliki
pengaruh besar dalam pencapaian tujuan kehidupan bernegara. Yaitu tercapainya
kemajuan negara, kemakmuran rakyat, serta terwujudnya keadilan bernegara.
Tujuan-tujuan yang telah tertanam, harus dapat diwujudkan oleh seorang
pemimpin. Pemimpin harus dapat menggerakakkan bawahan dan juga rakyatnya agar
tujuan tersebut dapat terwujud. Apabila pemimpin negara tidak dapat
mengimplementasikan tujuan tersebut, maka kepemimpinannya dianggap gagal total.
Dan
yang terjadi sekarang ini di negara Indonesia, pemimpin negara tidak bisa
mewujudkan tujuan kehidupan bernegara. Yang bisa diwujudkan, justru hal-hal
yang tidak seharusnya dilakukan. Buktinya bisa kita lihat dari hal yang baru
terjadi, telah dilakukan reshuffle kabinet. Pelaksanaan hal ini, merupakan
tindakan yang sia-sia. Sangat kecil kemungkinan bahwa kabinet yang sekarang
dapat memberikan angin segar bagi nasib bangsa ini. Dalam waktu kurang dari tiga tahun sangat
sulit melakukan perbaikan negara.
Pemimpin
negara yang kurang tegas juga memperkeruh suasana yang sudah tidak kondusif.
Disaat kondisi negara yang carut-marut negara ini masih harus dihadapkan pada
masalah pemimpin yang tidak tegas.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam
kepemimpinan baik itu di organisasi maupun dinegara bila seorang pemimpin tidak
bisa memenuhi kriteria seorang pemimpin maka dia dianggap gagal dalam menjadi
seorang pemimpin dimana dalam pelaksanaannya seorang pemimpin tidak tegas dalam
melaksanakan tugasnya. Seorang pemimpin harus mempunyai beberapa konsep dalam
melaksanakan tugasnya agar dikemudian hari dia dapat melaksanakan tugasnya
dengan pedoman yang dia punya.
No comments:
Post a Comment